Rabu, 03 Juni 2009

“TENGKULAK PAHLAWAN PETANI ???”

“Tengkulak”mungkin mendengar kata itu kita sebagai mahasiswa pertanian selalu berpikiran negatif terhadapnya, karena tengkulak identis dengan orang yang merugikan petani. Namun lain halnya dengan petani, petani justru menganggap tengkulak sebagi pahlawan yang selalu siap membantunya. Ketika petani tidak punya uang untuk membeli benih, tengkulak mau meminjami uang, ketika tanaman petani terkena hama dan tidak punya uang untuk membeli obat hama tengkulak mau meminjami uang sehingga tanaman mereka terselamatkan, bahkan ketika salah satu keluarga petani sakit parah dan tidak punya uang untuk berobat tengkulak juga mau meminjami uang untuk berobat. Bagaimana tidak, petani menganggap tengkulak sebagai pahlawan yang selalu siap membantu ketika petani dalam keadaan terjepit. Untuk itu tidak sepantasnya kita selalu menyalahkan tengkulak, tetapi kita justru harus berpikir bagaimana meminimalkan peranan tengkulak terhadap petani dan mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak. Selain itu, kita juga harus bisa menggantikan posisi kedudukan tengkulak untuk menjadi sosok pahlawan bagi petani yang selalu siap membantu.

2 komentar:

  1. Good, tulisan yang cukup bagus. berikutnya kalo masih ingin menbahas lebih dalam mengenai tengkulak, bahas yang lengkap dan banyak ya.
    terutama dari segi peranan negatifnya terhadap petani. karena pada dasarnya tidak ada tengkulak yang memberikan bantuan secara cuma2, semuanya ada maksud dan tujuannya.
    nah kasi solusi ya supaya petani tidak lagi tergantung pada tengkulak.
    semangat!!!

    BalasHapus
  2. yuph, memang demikian faktanya. kebetulan saya juga bergabung dengan organisasi yang mendampingi petani. hampir-hampir sebagian besar mereka menggantungkan modal pertaniannya kepada tengkulak, sehingga hasil pertanian yang mereka dapatkan sedikit. itupun kalo pertanian mereka berhasil, ketika pertanian gagal, walhasil rugi dua kali lipatnya. organisasi saya mencoba mendampingi mereka dengan cara penyadaran, penumbuhkembangan sikap kritis, dan pemandirian. Untuk modal pertanian, misalnya, mereka kita ajak menabung. setiap pertemuan rutin, kita fasilitasi mereka untuk menabungkan uangnya, walaupun sedikit, sehingga ketika musim tanam berikutnya tiba, mereka punya modal yang cukup.

    BalasHapus